Rabu, 13 November 2013

kebudayaan enrekang

Sembari berkendara santai pagi hari keliling sekitar Kota Enrekang muncul keinginan meng’aktif’kan kembali blog Teropong Enrekang yang tidak dibuka-buka sejak artikel Gajah Sumatra Bermain Bola Di Sulawesi per 10 april 2011. Sekitar sekitar 16 bulan !!! tidak ada artikel/berita tentang Enrekang. Karena lamanya tidak disentuh sehingga perlu usaha lebih untuk mengaktifkan kembali account email yahoo dan mencoba berulang-ulang untuk mengingat username dan password wordpressnya. Alhamdulillah, rekam jejakku di Enrekang dapat kembali menapak di Blog ini.
Enrekang yang terbagi menjadi 12 kecamatan dan 129 wilayah desa/kelurahan berada memiliki topografi variasi perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan  ketinggian 47 sampai 3429 meter dari permukaan laut serta tidak memiliki wilayah pantai.  84,96% dari seluruh wilayah di Enrekang perbukitan dan pegunungan mendominasi( http://adsafainana.wordpress.com/2010/06/02/kabupaten-enrekang/)
Pegunungan latimojong yang memanjang dari arah utara ke selatan dengan rata-rata ketinggian 3000 meter memagari bagian timur wilayah enrekang, sedangkan bagian barat membentang sungai saddang. Sungai Saddang yang termasuk sungai terpanjang di sulawesi memiliki panjang 150 km memiliki Daerah Aliran Sungai di Tana Toraja, Enrekang, Polewali Mandar dan Pinrang.  Kota Enrekang dilalui dua buah sungai, yaitu  Sungai Saddang dan Sungai Mata”allo dimana kedua sungai tersebut menyatu di derah Massemba Enrekang.
Keberadaan Jembatan Di Kota Enrekang tentu sangat vital berhubung kedua sungai besar tersebut membelah bagian-bagian Enrekang. Terdapat 3 Jembatan yang saat ini difungsikan masyarakat, yaitu Jembatan Gantung yang dibangun pada jaman penjajahan Belanda dan Jembatan ‘Baru’ yang tidak baru lagi melintang di atas DAS Mata’allo, serta Jembatan Penja yang melintang panjang di atas Sungai Saddang.
Jembatan Gantung
Jembatan Gantung yang melintang diatas Sungai Mata’allo tersebut dibangun pada jaman penjajahan Belanda. Kondisi saat ini hanya diperuntukkan khusus pejalan kaki, selain karena lebar terbatas dimana hanya 1 kendaraan roda empat dapat melintas juga bagian-bagian jembatan sudah tua sehingga kebijakan tersebut untuk memelihara dan menjaga agar jembatan bersejarah tersebut berumur lama.
Rumah Dinas Ketua DPRD, Wakil Bupati & Masjid Agung
Di bagian barat berdekatan dengan rumah jabatan Bupati, Ketua DPRD dan Wakil Bupati Enrekang dan Masjid Agung, sedangkan dibagian timur berdekatan dengan Kantor KPU dan Lapangan Abu Bakar Lambogo.
KPU Enrekang
Jembatan yang kedua adalah Jembatan ‘Baru’. Jembatan ‘Baru’ yang sudah lama ini dibangun sekitar tahun 1990-an dengan pertimbangan Jembatan ‘Lama’ atau jembatan gantung sudah terbatas kemampuannya. Masyarakat Enrekang umum sebagian besar masih menyebut jembatan ini dengan  Jembatan ‘Baru’ walaupun sudah tidak baru lagi.
Jembatan ‘Baru’
Berjarak sekitar 600 m dari jembatan gantung, bagian barat jembatan berdekatan dengan Bank BRI dan Masjid Taqwa Muhammadiyah Enrekang sedangkan di bagian Timur berdekatan dengan Dinas Dikpora dan Pesantren Modern Darul Falah Enrekang.
Pesantren Modern Darul Falah & Dinas Dikpora
Saat ini jembatan ‘baru’ inilah sebagai jalur utama lintas sulawesi melalui Enrekang menuju Tana Toraja, dan Sulawesi Tengah.
Sungai Saddang Di Penja
Jembatan Penja sekarang ini merupakan jembatan terpanjang di Enrekang karena melintang lurus diatas sungai Saddang. Berada di pinggiran barat kota Enrekang menghubungkan ke daerah mambura Enrekang dan batulappa Pinrang. Jembatan penja cenderung sepi karena bukan berada di lintas utama kendaraan antar kabupaten/propinsi, namun sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam perdagangan dan pengangkutan hasil bumi. Kumadang, adalah sebuag kampung terdekat dengan jembatan tersebut dari sisi jembatan sebelah timur sedangkan mambura adalah kampung terdekat di sebelah barat jembatan. Pada pagi dan sore hari, akan nampak anak muda dan mudi menikmati suasana jembatan sambil beraktivitas. Salah satunya adalah balapan motor atau sekedar duduk mengobrol di tepi jembatan.
Aktivitas Anak-anak  Di Jembatan Penja
Jembatan ‘Baru’ yang sudah lamapun suatu saat barangkali tidak menjadi jalur utama lagi bagi kendaraan lintas sulawesi yang melintas di Kota Enrekang. Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang barangkali sudah mempertimbangkan ‘usia’ dan ‘kemampuan’ jembatan yang sebelumnya terbatas dan juga untuk merangsang pengembangan kota serta perekonomian daerah.
Pondasi Jembatan Keppe-Galung
Menancap pondasi bagian timur jembatan di daerah Keppe dan jembatan melintang diatas Sungai Mata’allo menuju di daerah galung Enrekang. Jalanan lebar yang baru dipersiapkan menyusuri tepian Sungai Saddang yang Indah.
Jalan Baru Di Tepi Sungai Saddang
View Enrekang dari Bukit Mata Dewa, nampak jelas Sugai Saddang dari kejauhan. Ditepian Sungai itulah jalan baru dibuat dan tembus di Talaga Enrekang
View Enrekang dari Bukit Mata Dewa, Berkelok Sungai Saddang Di Kejauhan
Jalan Tembus Di Talaga
Potensi Wisata Lokal Enrekang akan bisa tumbuh bila jalanan sepanjang Sungai Saddang ini dapat dikelola dan diatur dengan fasilitas rekreasi atau istirahat dengan kuliner lokal yang sehat.
Ditulis dalam Rekam Aktivitas